Mungkin dalam benak para pembaca bertanya-tanya mengapa kami menulis artikel dengan tema ini? Sebenarnya seberapa penting peranan thermometer dalam membantu keberhasilan proses penetasan telur? Atau apa akibat pada proses penetasan telur jika thermometer yang digunakan ternyata tidak akurat dalam pengukurannya? Kami menilai itu semua sangat wajar apalagi bagi penetas telur pemula yang belum mempunyai satu pengalaman pun dalam menetaskan telur. Untuk itu perlu kiranya kami sampaikan bahwa yang kami tulis ini adalah berdasarkan realita bukan hal yang mengada-ada. Realita baik dari pengalaman pribadi langsung maupun dari sumber yang bisa dipertanggungjawabkan.
Sekedar berbagi pengalaman, pernah suatu kali kami melakukan proses penetasan telur itik (kalau tidak salah), kami menggunakan thermometer yang sudah lama tidak terpakai. Kami beranggapan bahwa thermometer tersebut masih akurat sehingga suhu dalam mesin tetas pun berpedoman pada thermometer tersebut. Apa yang terjadi kemudian? Telur tersebut sampai pada hari ke 31 belum ada yang menetas. Kami pun berusaha mencari tahu apa sebab yang membuat telur sampai tidak menetas. Usut punya usut kami menemukan penyebabnya bahwa thermometer yang kami gunakan suhunya tidak tepat yaitu lebih dari 2°C di bawah suhu normal. Ini kami buktikan ulang pada penetasan berikutnya di mana kami memakai thermometer yang lain dan suhu kami naikkan dan Alhamdulillah ternyata berhasil.
Thermometer biasanya dibedakan menjadi dua macam berdasarkan cara kerjanya yaitu thermometer digital dan thermometer manual. Thermometer digital cara kerjanya menggunakan sensor untuk mendeteksi suhu disekitarnya sedangkan thermometer manual biasanya menggunakan cairan air raksa. Ada sebagian orang berpendapat bahwa thermometer air raksa lebih akurat dalam mengukur suhu jika dibandingkan dengan thermometer digital. Alasan mengapa bahan air raksa lebih tinggi keakuratannya adalah sebagai berikut :
1. Raksa dapat menyerap atau mengambil panas dari suhu sesuatu yang diukur
2. Raksa memiliki sifat yang tidak membasahi medium kaca pada termometer
3. Raksa dapat dilihat dengan mudah karena warnanya yang mengkilat
4. Raksa memiliki sifat pemuaian atau memuai yang teratur dari temperatur ke temperatur
5. Raksa memiliki titik beku dan titik didih yang rentangnya jauh, sehingga cocok untuk mengukur suhu tinggi
Mungkin anda bertanya, apa akibat dari pengukuran suhu dengan thermometer yang kurang atau tidak akurat. Berikut kami sampaikan beberapa akibat dari ketidakakuratan thermometer pada proses penetasan telur :
1. Apabila suhu yang ditunjukkan oleh thermometer lebih rendah dari suhu yang sebenarnya. Hal ini akan berakibat pada telur-telur yang kita tetaskan akan lambat menetas dan ada sebagian embrio yang akan menjadi lemas. Temperatur yang sedikit lebih rendah untuk periode waktu yang tidak terlalu lama tidak terlalu mempengaruhi perkembangan embrio kecuali memperlambat perkembangannya untuk embrio muda. Hal yang sedikit berbeda jika hal tersebut terjadi pada embrio yang lebih tua karena pengaruhnya akan sedikit berkurang. Temperatur yang lebih rendah dari yang di syaratkan untuk jangka waktu yang agak lama akan mempengaruhi embrio dalam hal perkembangan organ-organnya yang berkembang tidak secara proporsional. Jika hal ini terus terjadi maka akan menyebabkan gangguan pada hati, peredaran darah, jantung atau perkembangan yang lambat kalaupun menetas nantinya.
2. Apabila suhu yang ditunjukkan oleh thermometer lebih tinggi dari suhu yang sebenarnya akan menyebabkan dua kemungkinan yaitu embrio bisa mati dan ada sebagian telur yang akan mengalami dehidrasi sehingga DOC yang nantinya akan menetas akan lemah, lesu, dan kurang/tidak bergairah untuk makan. Akibatnya DOC akan mengalami kekerdilan dan tingkat mortalitas (angka kematian) yang tinggi. Embrio ayam yang masih muda sangat mudah terpengaruh oleh temperatur yang tinggi. Pengoperasian mesin tetas dengan temperatur tinggi 43oC selama 30 menit akan mempunyai efek yang mematikan pada embrio ayam. Bila embrio tidak mati maka suhu yang tinggi tersebut dapat menyebabkan masalah pada syaraf, hati, peredaran darah, ginjal, cacat pada kaki, kebutaan dan persoalan lainnya yang menjadikan anak ayam cacat, lemah dan kemudian mati.
Untuk menghindari hal tersebut di atas kami menyarankan :
1. Thermometer yang sudah di beli perlu di kaliberasi atau distandarisasi dengan thermometer lain yang lebih akurat seperti thermometer badan yang biasanya selalu ada di setiap rumah (untuk mengukur anggota keluarga jika demam) baik yang digital maupun yang manual atau pada laboratorium terdekat
2. Jangan membeli thermometer yang kurang terpercaya tempatnya seperti anda membeli thermometer di tempat mainan anak seharga Rp 5.000 (serba 5000)
3. Selalu up date keakuratan thermometer anda dengan thermometer lain misalkan thermometer anda di bawa ke apotek untuk di kaliberasi atau kerabat yang mempunyai thermometer yang lebih baru dan akurat tentunya
4. Apabila menggunakan thermometer air raksa maka periksalah air raksa tersebut, kalau ada celah (cairan air raksa tersebut putus) sebaiknya jangan digunakan.
Ada hal lain juga yang tidak kalah pentingnya yaitu masalah penempatan thermometer pada mesin tetas, penempatan thermometer dalam mesin tetas tidak asal taruh begitu saja. Penempatan thermometer yang benar adalah penempatan ujung thermometer sejajar dengan puncak telur ketika telur tersebut diletakkan dalam posisi horizontal (tidur) atau kalau telur dalam posisi vertikal (berdiri) maka berjarak seperempat atau setengah inchi. Jangan biarkan ujung pengukur thermometer menyentuh telur karena hal tersebut akan menimbulkan salah baca pada thermometer. Begitu juga kalau kita menggunakan thermometer digital maka jangan sampai sensor menyentuh langsung kulit telur karena akan menimbulkan salah baca juga. Semoga bermanfaat
0 komentar:
Posting Komentar