This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sabtu, 30 Oktober 2010

Tren Minat Akan Daging Bebek




Peluang usaha rumah makan bebek tampaknya kian berkembang seiring peningkatan minat masyarakat menyantap daging bebek.
Belakangan ini penjaja menu daging bebek terlihat makin marak. Mereka menawarkan berbagai variasi masakan bebek, mulai dari bebek goreng, bebek bakar, bebek sambal hijau, bebek kebuli, tongseng, dan sebagainya. Di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, misalnya, dalam waktu sebulan terakhir muncul dua rumah makan bebek. “Perkembangan usaha rumah makan bebek ini semakin besar selama orang masih menginginkan makanan dengan menu-menu baru. Tentunya ini bisa jadi sebuah peluang bagi pemasok bebek,” ujar Antonius Kardjono, pemilik dan pengelola Rumah Makan Bebek Ginyo di Tebet, Jakarta Selatan.
Hal yang sama dibenarkan Rouf Estianda, pemilik Rumah Makan Bebek Tunjungan juga di Tebet. “Tren makan daging bebek mulai berkembang tidak hanya di pedagang kaki lima saja tapi sudah mulai ke kelas restoran. Menu yang ditawarkan juga relatif terjangkau oleh masyarakat,” komentarnya.
Komentar Rouf ada benarnya. Lihat saja warung-warung tenda di Jakarta, Bogor, Depok Tangerang, dan Bekasi yang menyajikan menu bebek dengan berbagai variasinya nyaris selalu ramai diserbu pengunjung. Selain mengindikasikan minat menyantap daging bebek, maraknya warung bebek sedikit banyak juga menggambarkan bisnisnya. Seporsi menu bebek bisa mendatangkan laba bersih Rp3.000. Dengan asumsi, harga bebek Rp22.000/ekor dan tiap ekor dipotong jadi 4 bagian. Satu porsi menu bebek lengkap (nasi, lalapan dan sambal) dijual Rp12.000. Rata-rata keuntungan yang diperoleh warung kaki lima maupun outlet berkisar Rp500.000—Rp 2,4 juta/hari.
Banyak Pemasok
Pertumbuhan usaha kaki lima yang berjualan bebek goreng, menurut Sugeng Widodo, pemilik Warung Tenda Bebek Goreng Joko Putra di daerah Petogogan, Jakarta Selatan, cukup bagus. “Beberapa warung tenda yang dulunya hanya menyajikan menu ayam dan ikan lele. Kini mereka mencoba menu bebek goreng,” tambahnya. Hasilnya tidak kurang dari 10 ekor per hari mereka bisa memenuhi kebutuhan konsumennya.
Perkembangan usaha rumah makan bebek lebih cepat lagi. “Saya hanya butuh waktu 6 bulan untuk bisa membuka 3 cabang. Omzetnya pun cukup lumayan,” ungkap Rouf Estianda. Dalam sehari, rumah makannya menghabiskan 400 ekor/hari.
Sementara itu, Antonius Kardjono yang terbilang pendatang baru sanggup menjual 150 ekor/hari dengan 5 variasi menu. Sedangkan Sugeng Widodo menghabiskan sekitar 75 ekor dan Santoso pemilik Resto Tiktok Van Depok 50 ekor per hari.
Namun sayang, kebutuhan setiap warung ini seringkali terganggu karena pasokan yang seret. Padahal bagi pemilik Rumah Makan Bebek, urusan memperoleh bahan baku sangat penting. “Tak jarang saya mendapatkan jumlah bebek kurang dari kebutuhan sehari-hari. Mungkin disebabkan masih sedikitnya budidaya bebek khusus potong,” keluh A. Kardjono. Ini membuat Kardjono was-was karena pernah butuh 150 ekor/hari ternyata pemasoknya hanya sanggup mengirim 50 ekor. Sisanya harus dicari sendiri. Padahal itu tidak mungkin dilakukannya.
Hal yang sama juga dialami Sugeng Widodo. Bahkan ia pun harus mencari sendiri ke pasar-pasar di seputar Jakarta. “Memang hanya 75 ekor per hari kebutuhan warung saya. Tapi kalau hanya ada separuhnya, ‘kan kasihan pelanggan setia saya yang ingin makan bebek, saat datang, bebek sudah habis,” jelasnya.
Rouf Estianda pun mengaku seringkali kehabisan bahan baku. “Kadang target stok tidak terpenuhi dari satu supplier saja,” katanya.


Share

Jumat, 29 Oktober 2010

‘AVISPRO’ ANTIBIOTIK ORGANIK KHUSUS UNGGAS


AVISPRO adalah mahakarya putra bangsa yang begitu peduli kepada persoalan kesehatan pangan, khususnya daging dan telur unggas budidaya (ayam, bebek, puyuh, dll).
Layaknya tanaman hibrida yang menjanjikan hasil panen jauh lebih melimpah biasanya diiringi tingkat kerentanan yang tinggi terhadap hama penyakit. Demikian pula dengan unggas. Kemajuan teknologi genetik enginering menghasilkan bibit unggas unggul yang produktifitasnya tinggi. Di sisi yang lain, kemampuan daya tahan tubuh unggas yang dibudidayakan secara intensif ini menjadi turun.
Alhasil, diciptakanlah obat-obatan dengan bahan aktif kimia sintetis seperti yang digunakan para peternak selama ini. Dari segi efektifitas mungkin tidak perlu diperdebatkan karena obat-obatan itu dibuat oleh ahlinya. Ada yang tidak boleh dilupakan, bahwa residu bahan kimia sintetis yang terdapat di dalam daging dan telur pastilah, sedikit atau banyak, akan berpengaruh negatif bagi orang yang mengkonsumsinya. Lazim kita temui peternak ayam broiler yang justru anti makan daging ayam broiler ! Kenapa? Jawab mereka ngeri kalau ingat macam-macam obat yang diberikan ke ternaknya selama proses budidaya…nah!
Kini mempersembahkan kepada dunia peternakan unggas Indonesia AVISPRO sebagai antibiotik organik alami yang berdasarkan uji coba ampuh untuk mencegah dan mengobati penyakit infeksi bakteri seperti : snot/coryza, berak kapur, berak hijau, CRD, colibacillosis, dll. Efektif, aman bagi ternak  dan harga yang sangat terjangkau. Yang lebih penting, tidak meninggalkan residu dalam daging maupun telur sehingga produksi peternakan akan sangat aman dan nyaman untuk dikonsumsi dalam jangka panjang.
KOMPOSISI:
1. Polyphenol Bioflavonoid………………..70%
2. Ekstrak:
- Azadirachta indica A. Juss………………10%
- Clerodendron serratum (L) Spr…………10%
- Acalypha australis Linn………………….10%
DOSIS:
1 ml AVISPRO per 10 ekor dicampur air minum (pada waktu pengobatan, usahakan agar airnya sekali minum habis)
ATURAN PAKAI:
Pencegahan: 1x sehari setiap 7 hari
Pengobatan: 2x sehari selama 3-5 hari berturut-turut
Isi perbotol 100 ml
Isi perdos 20 botol
Selamat membuktikan.


Share

memelihara itik petelur dari DOD

pada artikel sebelumnya penulis telah membahas tentang memelihara itik dari fase layer, sedangkan kita ketahui bersama untuk memelihara itik petelur ada dua alternatif yaitu dari DOD atau bayi dan mulai dari siap telur. keduanya memiliki kelemahan dan keunggulan masing- masing, sekedar gambaran memang memulai usaha beternak itik dari mulai DOD ada proses belajar yang sifatnya kontinyu dan berkesinambungan, memang sebenarnya untuk jangka panjang seseorang sebaiknya memulai dari DOD tetapi bagi sebagian orang yang mempunyai modal yang besar dan ingin berinvestasi di bidang ini, bebek siap telur atau bayah adalah jawabannya. pada kesempatan kali ini akan coba saya ulas mengenai memelihara itik petelur dari DOD atau bayi.
untuk standart awal antara bebek pedaging dan petelur adalah sama dalam hal perlakuan, pakan, kandang, serta pemeliharaan, yang menjadikan berbeda antara bebek pedaging dan petelur adalah ketika bebek tersebut berumur 60 hari lebih, untuk bebek pedaging pada masa tersebut siap dipanen sedangkan untuk bebek petelur pada fase itu adalah menginjak fase grower, kita ketahui bersama pada masa starter, anak itik akan membutuhkan pakan yang mempunyai kadar protein antara 20% sampai dengan 22%, karena pada masa ini anak itik membutuhkan nutrisi untuk bertumbuh dan berkembang guna menunjang perkembangan organ tubuhnya dan untuk menjaga ketahanan tubuh dalam menyesuaikan diri dari keadan lingkungan, baik dingin maupun panas. sedangkan pada masa grower atau pada fase kedua, kebutuhan protein pada itik menurun antara 14% sampai dengan 15%, pada masa ini para peternak bisa agak berhemat dikarenakan kebutuhan protein yang relatif rendah, bahkan beberapa peternak yang memelihara dari DOD yang tidak menggunakan sistem angon, pada masa grower ini hanya diberi makan hanya berupa makanan pokok saja contohnya dedak, jagung, nasi kering, saja. tentunya yang sangat menghabiskan banyak biaya adalah jenis pakan yang berprotein tinggi misalkan saja tepung ikan, tepung tulang, konsentrat, dsb. pada masa grower ini angka kematian itik cenderung menurun, bahkan kalau pemeliharaannya bagus hampir 0% kematian dari itik bisa dicapai. pada fase layer (fase ketiga) ini kebutuhan asupan protein meningkat mulai 18% sampai dengan 19%, pada masa layer ini itik mulai bertelur, nah syarat bertelur untuk itik adalah pakan yang diberikan haruslah minimal 18%. berikut tabel kebutuhan nutrisi berdasarkan umur dan fase dari itik:


Unsur nutrisi
Starter
Grower
Layer
Protein %
20 – 22
14 – 15
17 – 18
Energi metabolisme (kkal)
3000
2800
2900
Serat kasar %
4 – 7
6 – 9
6 – 9
Lemak %
4 – 7
3 – 6
4 – 7
Mineral :
Kalsium %
Fosfor %
0,90
0,70
0,80
0,70
2,80
0,50
Asam amino:
Liin %
Metionin %
Sistin %
Triptophan %
0,40
1,10
0,35
0,24
0,35
0,25
0,80
0,20
0,30
0,70
0,25
0,20
Sumber : Ir Supriyadi MM, Penebar swadaya




Share

Potong Paruh Mencegah Cucukan Pada Ayam

Ada beberapa alternatif untuk mencegah ayam saling kanibal / cucukan (patuk2an). Diantaranya bisa memberikan daun pepaya, merupakan cara tradisional dan yang paling murah biaya. Cara lain adalah dengan menggunakan mesin/alat potong paruh (debeaker) untuk memotong paruh ayam dan cakar (jalu).

Ingat, yang dipotong hanya sebagian kecil! Sekitar 1-2 mm. Dengan paruh yang tumpul, sekarang ayam Anda tidak mempan kalo dipatuk lagi :P.

Taukah Anda....
Dengan memotong paruh, nafsu makan ayam akan semakin meningkat. Hal ini dikarenakan indra ayam untuk memilih makanan berbentuk butiran menjadi tumpul, karena indra ini berada diujung paruh. Alhasil, ayam tidak akan memilih2 makanan lagi. Selain itu pakan yang tercecer menjadi lebih berkurang karena luas penampang paruh ayam lebih lebar dan lagi... tidak memilih2 makanan :).


Share

Kebutuhan Luas Lantai dan Alas Kandang Ayam

Setiap ayam mempunyai kebutuhan ruang gerak yang berbeda. Tergantung dari jenis dan ukuran ayam. Pada dasarnya tidak ada aturan baku mengenai hal ini. Yang pasti, selama ayam merasa nyaman, teori manapun sah-sah saja. Ada juga yang memelihara dengan kepadatan tinggi namun menggunakan air flow (sirkulasi udara) yang bagus yaitu dengan pemeliharaan closed house (tertutup) juga tidak menjadi masalah.


Berikut sebagai gambaran untuk 2 jenis ayam buras pada umumnya.

Tipe Ayam
Umur (minggu)
0 - 5
6 - 18
Ayam Arab
70 ekor/m2
40 ekor/m2
Ayam Kampung
55 ekor/m2
30 ekor/m2


Sedangkan untuk litter (alas) kita bisa menggunakan sekam (kulit padi) atau sisa gergajian kayu. Lantai kandang sebaiknya dilapisi adukan semen + pasir sehingga dapat mengeras untuk menahan uap air dari dalam tanah, baru ditebari litter (sekam/gergajian kayu) dengan ketebalan 5- 8 cm.


Share

Kamis, 28 Oktober 2010

analisis keuntungan beternak itik

kenapa harus itik/bebek, kok tidak ayam, puyuh, atau jenis unggas lainnya, memang berbagai alasan yang menguatkan telah saya paparkan pada artikel artikel sebelumnya, dan kini saatnya saya coba menulis tentang analisis keuntungan beternak itik, tentunya dengan harapan ini menjadi dasar pijakan untuk para peternak pemula dibidang ini. adapun analisis yang saya gunakan saat ini adalah dengan menggunakan patokan harga yang berlaku saat ini di daerah jombang-mojokerto jatim.
1. jika usaha ini dimulai dengan 500 ekor itik siap telur
2. asumsi harga itik siap telur 39 ribu/ ekor
3. umur itik sekitar 5 bulan
4. tanah yang digunakan adalah 200 m2 (milik sendiri)
5. pemeliharaan dilakukan selama 10 bulan
6. harga telur konsumsi 1100/butir
7. harga pakan racikan sendiri 2400/kg
8. tingkat kematian 2%
9. produktivitas rata- rata 70%
10.masa pakai kandang 5 tahun
11.penggunaan pakan yang baik per 100 ekor,16kg
12.gaji pegawai untuk 1 orang adalah 600 rb
13.harga itik afkir adalah 31 ribu/ekor
maka dengan asumsi diatas maka kita dapat memperhitungkan besarnya modal, biaya, serta keuntungan yang dikeluarkan maupun yang diperoleh dalam waktu 10 bulan, dengan rincian sebagai berikut:
A. INVESTASI
Untuk point ini investasi adalah kandang dan ternak, dan karena kita ketahui bersama bahwa kandang yang digunakan adalah kandang dengan keadaan tidak permanen maka daya tahannya hanya untuk 5 tahun dan biaya pembuatan kandang dengan bahan baku dari bambu dan atap dari asbes adalah sebesar Rp 6 juta dengan kapasitas 500 ekor itik. sedangkan untuk biaya ternak adalah 39.000,- X 500 adalah 19,500.000,-
jadi total ivestasi adalah 25.500.000,-
B. BIAYA OPERASIONAL
1.biaya penyusutan kandang 6 juta : 60 bulan = 100.000,-
2.penyusutan itik 500 ekor X (Rp 39.000,- dikurangi 31.000,-)= 4.000.000,- dibagi 10 bulan adalah 400.000,-
3.biaya pakan, 5 X 16 kg X Rp.2400,- X 30 hari = 5.760.000,-
4.listrik dan air perbulan Rp. 80.000,-
5.gaji karyawan sebesar 600.000,-
total biaya operasional adalah Rp. 6.940.000,-
C. PENDAPATAN PERBULAN
dari penjualan telur itik perbulan dengan asumsi harga telur 1100 per butir dan kemampuan bertelur rata- rata 70% maka 70% X 500 X 1100 X 30 hari adalah Rp. 11.550.000,-
penjualan itik afkir dengan toleransi kematian 2% maka 490 X 31.000,- adalah 15.190.000,- dibagi 10 bulan 1.519.000,-
adapun total pendapatan yang diperoleh dari usaha ini adalah 13.069.000,-
D. KEUNTUNGAN PER BULAN
keuntungan adalah total pendapatan perbulan dikurangi total biaya operasional
maka = 13.069.000 - 6.940.000,- = 6.129.000,-
jadi itulah sekedar analisis awal yang dapat saya berikan, paling tidak menunjukkan kepada para calon peternak itik, bahwasanya beternak itik sangat menguntungkan asalkan standard pakan, kandang dan pemeliharaannya terpenuhi.

selamat beternak


Share

masa rontok bulu pada itik

Raffael Duck's

khususnya itik jawa atau itik lokal indonesia akan selalu mengalami masa rontok bulu, dan hal ini terjadi secara alami. masa rontok bulu terjadi jika itik sudah berproduksi selama 10 sampai 12 bulan, tetapi ada beberapa hal tertentu yang menyebabkan itik mengalami rontok bulu lebih cepat, antara lain dari faktor cuaca yang ekstrim, misalnya dari musim panas ke musim hujan, meskipun belum 10 bulan beberapa itik akan mengalami masa rontok bulu, sedangkan faktor kedua adalah pergantian pakan yang sifatnya drastis baik secara kuantitas maupun secara kualitas.masa rontok bulu pada itik biasanya terjadi sekitar 4 s.d 6 minggu. karena itik tidak berproduksi atau produksi menurun maka perlu dilakukan langkah- langkah yang dirasa perlu, terutama dalam hal manajemen pakan.
menghadapi masa rontok bulu tersebut peternak harus lebih bijaksana dalam memberikan pakan kepada itik, hal yang pertama jika itik mengalami masa rontok bulu setelah berproduksi selama 10 sampai dengan 12 bulan adalah memuasakan itik selama 2 hari tidak diberi makan, dan hanya diberi minum saja, hal ini dimaksudkan untuk menseragamkan rontoknya bulu pada sekumpulan itik. hal yang kedua dalam memperlakukan itik yang rontok bulu adalah dengan memberikan itik pakan sedikit demi sedikit, ini dimaksudkan agar itik tidak kaget setelah berpuasa tanpa makan selama 2 hari, hal yang ketiga adalah memberikan porsi makan yang secara kualitas dikurangi, misalnya saja itik yang secara normal diberi asupan pakan dengan kadar protein minimal 18% maka untuk sementara diberikan asupan protein lebih sedikit dari biasanya, karena kita ketahui bersama sumber pakan yang berprotein tinggi biasanya sangat mahal. hal yang keempat adalah setelah itik mulai tumbuh bulunya, maka sedikit demi sedikit asupan protein maupun nilai gizi pada itik cenderung ditingkatkan, sampai akhirnya itik mulai bertelur dan sumber protein diberikan normal seperti ketika itik bertelur.


Share

Rabu, 27 Oktober 2010

Arti Penting Sebuah Thermometer dalam Proses Penetasan Telur

Mungkin dalam benak para pembaca bertanya-tanya mengapa kami menulis artikel dengan tema ini? Sebenarnya seberapa penting peranan thermometer dalam membantu keberhasilan proses penetasan telur? Atau apa akibat pada proses penetasan telur jika thermometer yang digunakan ternyata tidak akurat dalam pengukurannya? Kami menilai itu semua sangat wajar apalagi bagi penetas telur pemula yang belum mempunyai satu pengalaman pun dalam menetaskan telur. Untuk itu perlu kiranya kami sampaikan bahwa yang kami tulis ini adalah berdasarkan realita bukan hal yang mengada-ada. Realita baik dari pengalaman pribadi langsung maupun dari sumber yang bisa dipertanggungjawabkan.

Sekedar berbagi pengalaman, pernah suatu kali kami melakukan proses penetasan telur itik (kalau tidak salah), kami menggunakan thermometer yang sudah lama tidak terpakai. Kami beranggapan bahwa thermometer tersebut masih akurat sehingga suhu dalam mesin tetas pun berpedoman pada thermometer tersebut. Apa yang terjadi kemudian? Telur tersebut sampai pada hari ke 31 belum ada yang menetas. Kami pun berusaha mencari tahu apa sebab yang membuat telur sampai tidak menetas. Usut punya usut kami menemukan penyebabnya bahwa thermometer yang kami gunakan suhunya tidak tepat yaitu lebih dari 2°C di bawah suhu normal. Ini kami buktikan ulang pada penetasan berikutnya di mana kami memakai thermometer yang lain dan suhu kami naikkan dan Alhamdulillah ternyata berhasil.

Thermometer biasanya dibedakan menjadi dua macam berdasarkan cara kerjanya yaitu thermometer digital dan thermometer manual. Thermometer digital cara kerjanya menggunakan sensor untuk mendeteksi suhu disekitarnya sedangkan thermometer manual biasanya menggunakan cairan air raksa. Ada sebagian orang berpendapat bahwa thermometer air raksa lebih akurat dalam mengukur suhu jika dibandingkan dengan thermometer digital. Alasan mengapa bahan air raksa lebih tinggi keakuratannya adalah sebagai berikut :
1. Raksa dapat menyerap atau mengambil panas dari suhu sesuatu yang diukur
2. Raksa memiliki sifat yang tidak membasahi medium kaca pada termometer
3. Raksa dapat dilihat dengan mudah karena warnanya yang mengkilat
4. Raksa memiliki sifat pemuaian atau memuai yang teratur dari temperatur ke temperatur
5. Raksa memiliki titik beku dan titik didih yang rentangnya jauh, sehingga cocok untuk mengukur suhu tinggi

Mungkin anda bertanya, apa akibat dari pengukuran suhu dengan thermometer yang kurang atau tidak akurat. Berikut kami sampaikan beberapa akibat dari ketidakakuratan thermometer pada proses penetasan telur :
1. Apabila suhu yang ditunjukkan oleh thermometer lebih rendah dari suhu yang sebenarnya. Hal ini akan berakibat pada telur-telur yang kita tetaskan akan lambat menetas dan ada sebagian embrio yang akan menjadi lemas. Temperatur yang sedikit lebih rendah untuk periode waktu yang tidak terlalu lama tidak terlalu mempengaruhi perkembangan embrio kecuali memperlambat perkembangannya untuk embrio muda. Hal yang sedikit berbeda jika hal tersebut terjadi pada embrio yang lebih tua karena pengaruhnya akan sedikit berkurang. Temperatur yang lebih rendah dari yang di syaratkan untuk jangka waktu yang agak lama akan mempengaruhi embrio dalam hal perkembangan organ-organnya yang berkembang tidak secara proporsional. Jika hal ini terus terjadi maka akan menyebabkan gangguan pada hati, peredaran darah, jantung atau perkembangan yang lambat kalaupun menetas nantinya.
2. Apabila suhu yang ditunjukkan oleh thermometer lebih tinggi dari suhu yang sebenarnya akan menyebabkan dua kemungkinan yaitu embrio bisa mati dan ada sebagian telur yang akan mengalami dehidrasi sehingga DOC yang nantinya akan menetas akan lemah, lesu, dan kurang/tidak bergairah untuk makan. Akibatnya DOC akan mengalami kekerdilan dan tingkat mortalitas (angka kematian) yang tinggi. Embrio ayam yang masih muda sangat mudah terpengaruh oleh temperatur yang tinggi. Pengoperasian mesin tetas dengan temperatur tinggi 43oC selama 30 menit akan mempunyai efek yang mematikan pada embrio ayam. Bila embrio tidak mati maka suhu yang tinggi tersebut dapat menyebabkan masalah pada syaraf, hati, peredaran darah, ginjal, cacat pada kaki, kebutaan dan persoalan lainnya yang menjadikan anak ayam cacat, lemah dan kemudian mati.

Untuk menghindari hal tersebut di atas kami menyarankan :
1. Thermometer yang sudah di beli perlu di kaliberasi atau distandarisasi dengan thermometer lain yang lebih akurat seperti thermometer badan yang biasanya selalu ada di setiap rumah (untuk mengukur anggota keluarga jika demam) baik yang digital maupun yang manual atau pada laboratorium terdekat
2. Jangan membeli thermometer yang kurang terpercaya tempatnya seperti anda membeli thermometer di tempat mainan anak seharga Rp 5.000 (serba 5000)
3. Selalu up date keakuratan thermometer anda dengan thermometer lain misalkan thermometer anda di bawa ke apotek untuk di kaliberasi atau kerabat yang mempunyai thermometer yang lebih baru dan akurat tentunya
4. Apabila menggunakan thermometer air raksa maka periksalah air raksa tersebut, kalau ada celah (cairan air raksa tersebut putus) sebaiknya jangan digunakan.

Ada hal lain juga yang tidak kalah pentingnya yaitu masalah penempatan thermometer pada mesin tetas, penempatan thermometer dalam mesin tetas tidak asal taruh begitu saja. Penempatan thermometer yang benar adalah penempatan ujung thermometer sejajar dengan puncak telur ketika telur tersebut diletakkan dalam posisi horizontal (tidur) atau kalau telur dalam posisi vertikal (berdiri) maka berjarak seperempat atau setengah inchi. Jangan biarkan ujung pengukur thermometer menyentuh telur karena hal tersebut akan menimbulkan salah baca pada thermometer. Begitu juga kalau kita menggunakan thermometer digital maka jangan sampai sensor menyentuh langsung kulit telur karena akan menimbulkan salah baca juga. Semoga bermanfaat


Share

Senin, 25 Oktober 2010

Kisah Sukses Para Penetas Telur Bebek

Momok yang banyak dikhawatirkan penetas telur itik adalah rasio jumlah jantan yang lebih mendominasi dibandingkan jumlah anak itik betina. Maklum saja karena harga anak itik jantan jauh lebih murah dibandingkan dengan harga anak itik betina. Akan tetapi kini hal tersebut tidak lagi menjadi masalah yang cukup serius. Semenjak merebaknya warung makan yang menyajikan masakan serba bebek, bebek atau itik jantan muda justru banyak dicari orang. Permintaan suplai bebek untuk daging tidak kalah dengan permintaan bebek untuk petelur.

Kisah sukses bisnis bebek muda dialami oleh Purwanto Joko Slameto, lelaki yang berprofesi asli sebagai dosen Jurusan Teknik Arsitektur di Universitas Gunadarma, Depok, Jawa Barat, itu telah menikmati sukses bisnis sambilan bebek muda. Per bulan ia meluangkan waktu bolak-balik Jakarta Boyolali untuk menengok peternakan Bebeknya di Boyolali. Usahanya itu tidak sia-sia karena dari peternakannya itu Pak Joko mampu mendapatkan pemasukan 86 juta rupiah.
Awalnya bisnis Pak Joko memang tidak berjalan mulus, Puluhan rumah makan di Solo dan Yogyakarta yang ditawari itik jantan muda, tidak semua berminat. Solo dan Yogyakarta dipilih sebagai pasar pertama sebab dekat dengan lokasi peternakan, lagipula budaya makan daging itik sudah terbentuk di sana.Dari 300 ekor yang ditawarkan untuk semua rumah makan hanya 210 ekor yang terjual. Kebanyakan rumah-rumah makan masih mengandalkan daging dari itik apkir.Kalau pun diterima rumah makan menawar dengan harga sangat rendah. Jauh dari harga yang ditetapkan Joko, Rp18.000/ekor bobot 1,2 kg.
Mengemas Bebek
Mengemas Bebek
Pada tahun 2008 warung-warung dan penyedia menu itik menjamur di Jakarta dan sekitarnya, menjadi berkah bagi usaha itik Joko, meski awalnya tetap tidak mudah menawarkan itik muda kepada mereka. Baru saat pasokan itik afkir mulai seret, mereka mulai mencoba itik muda. Dengan modal kartu nama yang ditinggalkannya kepada pemilik warung akhirnya mereka mulai memesan itik muda Joko.
Pasar kian terbentang saat Joko menggunakan strategi lain: pemasaran via dunia maya. Lewat blog yang dibuat, pemilik peternakan bebek ABG itu sukses menjaring 16 pelanggan-semua restoran yang sebagian besar terletak di Jakarta, sisanya Jawa Tengah dan Kalimantan Timur. Total jenderal setiap hari ia mesti memasok 300 itik jantan muda untuk pelanggan barunya itu. Setengah pasokan didapat dari mitra yang menyetor itik siap jual.
Kunci sukses lain, memperkenalkan penjualan itik jantan muda dalam bentuk karkas. ‘Tujuannya untuk meningkatkan harga jual dan citra itik jantan,’ kata Joko. Bentuk karkas juga disukai rumah makan karena mereka tidak perlu mengeluarkan biaya pencabutan bulu. Itik diterima dalam bentuk daging yang bersih.
Lain lagi cerita sukses bisnis penetasan telur dari Sulawesi, adalah Hasnah wanita muda yang sukses dengan itik-itik tetasannya. Semenjak SMP ia memang sudah terjun ke dunia penetasan telur itik. Kiprah Hasnah dalam dunia penetasan telur bebek dan menjual anakan bebek kepada peternak bukan tanpa kendala. Kendala yang dihadapi bukan hanya kendala modal, tetapi juga kendala sosial. Ada komentar pesimisme dari orang-orang disekitar tempat tinggal Hasnah, bagaimana mungkin seorang perempuan bisa mandiri dan berkiprah dalam pengembangan ekonomi keluarganya hanya dengan menetaskan telur bebek.
Cibiran beraliran pesimisme tersebut tak lantas membuat Hasnah menyerah. Ia terus menetaskan telur, menabung uangnya untuk membeli peralatan-peralatan yang masuk kategori mewah untuk ukuran orang desa, bersolek ketika ada acara-acara sosial yang membuat kaum wanita disekitarnya menjadi tertarik untuk mengikuti jejaknya, dan Hasnah berhasil dengan cara itu.
Hasnah juga menuturkan, sampai hari ini, hampir semua perempuan di desanya melakukan usaha penetasan telur dikolong rumah masing-masing untuk membantu ekonomi keluarganya, dan itu nyata adanya. berkat bebek-bebek kecil, banyak orang tua mengirimkan anaknya ke kota untuk memperoleh pendidikan yang layak. Tak hanya itu, banyak kaum lelaki yang merasa terbantu oleh usaha istri-istrinya, mereka lebih tenang dalam bekerja di luar rumah, dan beban ekonomi keluarga berkurang, serta perlahan tapi pasti banyak keluarga taraf kehidupannya meningkat.


Share

ITIK SPESIES BARU






Untuk pedaging dikenal dengan itik "HJM" dengan ciri-ciri :
1. Bentuk badan tinggi tegak
2. Warna bulu dominan hitam putih
3. Putih hitam dan putih-putih

Keunggulan :
1. Perawakan lebih besar dari itik Mojosari
2. Pertumbuhan lebih cepat
3. Pada umur 45 hari sampai 60 hari bisa mencapai berat 1,5 Kg bahkan lebih berat


Share

Permasalahan Para Peternak Itik

Dalam dunia peternakan, permasalahan praktis selalu bermunculan, masalah yang dihadapi itu terkadang tampak sepele, ringan dan gampang , tetapi tidak jarang juga masalah yang datang juga tampak besar, rumit dan bahkan menakutkan.

Dalam mencari kiat permasalahan khususnya dalam dunia peritikan yang memang belum ada standar yang pasti dalam pemeliharaan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Diantaranya bisa dengan mencoba beternak dan mengatasi kendala sendiri, bertanya kepada peternak yang sudah berpengalaman, bertanya pada para praktisi, mencari sumber rujukan kepada berbagai media buku peternakan dan media massa tentang peternakan, dan bisa juga dengan membuka berbagai situs internet yang membahas tentang seputar dunia unggas khususnya itik.

Dunia peternakan itik itik memang sudah lama di kenal oleh masyarakat kita, namun sayang tingkat populasi, produktivitas, dan pertumbuhannya dapat dikatakan masih berjalan lamban.

Seperti usaha lainnya, bisnis beternak itik tidak lepas dari berbagai kendala, masalah, dan resiko sejauh ini kendala yang sering timbul adalah disebabkan oleh :

1. Kurangnya ketersediaan bibit berkualitas ( keseragaman induk ) yang disebabkan oleh kurangnya pemahaman para breeder (penetas) tentang pentingnya faktor genetika hasil tetasannya yang berdampak luas terhadap dunia peritikan ini. Contoh kasus : banyaknya jenis itik petelur yang produktivitas bertelurnya yang makin lama makin menurun. Kiat untuk memecahkan masalah tersebut adalah peternak harus mempunyai sumber yang dapat di percaya untuk mendapatkan bibit itik petelur ataupun untuk pedagingnya.

2. Tata cara pemeliharaan yang masih menganut sistim tradisional (ekstensif) dan semi intensif, yang belum ada kesepakatan standar yang baku. Sebab tiap masing masing daerah peternakan itik ini mempunyai cara masing-masing untuk memelihara ternaknya. Contoh kasus : dari setiap sentra peternakan itik tidak dapat ditemui kesamaan tentang pola pemeliharaan, sistim perkandangan, pakan ,dll. Kiat untuk melaksanakan pemeliharaan dengan baik dan benar yang perlu diperhatikan adalah :
• Pemilihan tempat dan kondisi lingkungan berdasarkan pada jenis bibit yang akan di ternakkan, sistim perkandangan , kualitas dan kuantitas pakan serta ketersedian air yang cukup.
• Perencanaan usaha ternak itik meliputi ukuran unit usaha, segmen usaha itik yang dipilih (petelur, pembibitan, pedaging, dll)
• Perencanaan pembuatan kandang berdasarkan pada tata letak kandang, ukuran kandang, kepadatan kandang, dan bahan pembuatan kandang.
• Perencanaan metode beternak itik berdasarkan pada pertimbangan biologis dan ekonomis, cara pengelolaan, dan rencana tahunan.

3. Disamping bebagai masalah diatas, masalah lain yang menghadang adalah masalah pakan. Jika pemberiannya tidak dilakukan secara tepat dan benar justru akan menimbulkan masalah baru, sebab masing-masing di setiap daerah peternakan jenis dan pola pakannya berbeda-beda. Kiat untuk mengatasinya adalah minimal peternak harus dapat mengetahui kebutuhan nutrisi yang diperlukan untuk ternak itiknya, dan juga mengetahui kandungan nutrisi bahan yang akan digunakan untuk pakan itik pada masa awal pertumbuhan (starter), pertumbuhan (grower), petelur (layer) atau untuk itik pedaging.

Dengan memperhatikan permasalahan dan kendala di atas, saya berharap di masa yang akan datang dunia peritikan ini akan mengalami kemajuan di berbagai bidang, diantaranya :
• perbaikan genetis terhadap jenis itik yang diternakkan untuk memperoleh keturunan itik dengan kriteria tertentu. Meskipun sudah banyak yang berusaha mengembangkan tetapi hasilnya masih belum banyak dirasakan oleh kebanyakan peternak.
• Perbaikan metode beternak itik
• Perbaikan aspek sosial ekonomi dari penduduk dikaitkan dengan usaha dunia itik ini.

Demikianlah sedikit ulasan yang saya tuangkan dalam tulisan ini semoga dunia peternakan khususnya itik di masa yang akan datang dapat mengalami perbaikan dan kemajuan lebih baik dari saat ini .

------------ Semoga Bermanfaat ------------

Kiriman artikel Saudara Rikma, peternak bebek di Blitar di atas sedikit mendapat koreksi dari team sentralternak.com berkaitan dengan penggunaan istilah (yang menurut kami kurang tepat) tanpa mengurangi isi dan maksud tulisan. Istilah yang kurang tepat tersebut antara lain bebek (itik), budidaya (beternak), mudah-mudahan dengan adanya koreksi kita bisa menempatkan sesuatu pada tempat yang benar dan tidak menjadikan sesuatu yang salah terus berkepanjangan bahkan diturunkan.


Share

TV Gratis

Sekedar Hiburan....., selamat menikmati.....! Kini RCTI dan Global-Tv bisa Anda saksikan di BLOG Raffael Duck's.


Sedikit Panduan: Sebelum layar TV-nya muncul, klik tanda 'X' pada iklan yang muncul. Setelah itu tunggu sampai 'Loading Page' selesai.






Sebelum Anda nonton TV, Pastikan Komputer Anda sudah terinstal Adobe Flash Player. Kalau belum, Silahkan download disini



Chating dengan teman-teman sambil nonton......


GABUNG DI CHAT FACEBOOK BLOG Raffael Duck's


Kamis, 21 Oktober 2010

Kandang Itik


Kandang Itik Tampak Depan

Kandang Itik Tampak Depan

Kandang Itik Tampak Samping





Kandang Itik Tampak samping


Share

Info Harga Pasar

October 2010
Thursday, 21 October 2010

ITEM
18/10/10
19/10/10
20/10/10
21/10/10
22/10/10
Broiler : 0,8 – 1,0 kg
19.200
19.200
19.200
19.200
-
Broiler : 1,0 – 1,2 kg
18.300
18.300
18.300
18.300
-
Broiler : 1,2 – 1,4 kg
17.100
17.100
17.100
17.100
-
Broiler : 1,4 – 1,6 kg
16.700
16.700
16.700
16.700
-
Broiler : 1,6 – 1,8 kg
16.300
16.300
16.300
16.300
-
Broiler : 1,8 – 2,0 kg
-
-
-
-
-
Broiler : > 2,0 kg
-
-
-
-
-
CN (posko)
-
-
-
-
-
CN (market)
-
-
-
-
-
DOC Broiler (ekor)
4.750
4.750
4.750
5.000
-
DOC Layer (ekor)
3.000
3.000
3.000
3.000
-
Telur (kg)
12.500
12.000
12.000
12.000
-
Jantan
21.000
21.000
21.000
21.000
-
Layer Afkir
14.500
14.500
13.000
14.500
-
Parent Afkir
13.000
13.000
13.000
13.000
-
Source: Posko (2010)
 
September 2010
Friday, 01 October 2010
Image
Ukuran (Kg)
0.8 - 1.0
1.0 - 1.2
1.2 - 1.4
1.4 - 1.6
1.6 - 1.8
1.8 - 2.0
      > 20
DOC broiler/ekor
Telur/kg
Harga (Rp)
 18.822
17.561
16.517
16.117
 15.717
14.414
           --
4.750
12.261

Sumber : PT. CJ Superfeed



Share

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites