Senin, 01 November 2010

Menetaskan DOC yang Ber-kualitas

Penetasan dan menetaskan telur ayam, bebek atau burung puyuh menjadi popular di tingkat peternak kecil dan menengah dan bahkan di tingkat rumah tangga untuk dijadikan jenis petelur atau pedaging atau untuk menghasilkan unggas unggas yang cantik cantik untuk dipelihara sebagai binatang piaraan.
Akan tetapi, para peternak sampai saat ini masih menggantungkan untuk mendapatkan DOC yang ber-kualitas dari hasil persilangan telur telur galur unggul dan murni dari breeder (perusahaan penetasan telur) besar.
Secara teknis, dasar penetasan telur dan mendapatkan telur dari persilangan galur murni adalah tetap sama, baik untuk breeder besar dengan mesin modern yang full-otomatic ataupun dengan menggunakan mesin sederhana di tingkat hobbiest yang diletakkan di dapur rumah sekalipun. Yang membedakan tinggal hanyalah kualitas DOC yang dihasilkan dan pemenuhan kebutuhan DOC yang diperlukan.
Selanjutnya melalui tulisan ini, kami ingin memperkenalkan kepada para “penetas telur” pemula tentang tata cara menetaskan telur menggunakan incubator dan mengoperasikan peralatan tersebut dengan benar untuk menetaskan ayam (atau jenis unggas lainnya). Yang membedakan dalam penetasan jenis jenis unggas adalah lama waktu penetasan dan prosedurnya.

Management Penetasan Telur

Untuk mendapatkan telur telur yang bagus untuk di tetaskan harus di yakini bahwa telut telur tersebut berasal dari induk induk ayam yang memenuhi syarat sebagai induk yang baik seperti:
  1. Telah di Vaksinasi secara lengkap
  2. Sehat
  3. Mempunyai postur dan bentuk badan yang baik
  4. Berasal dari galur murni
Pemilihan induk untuk menghasilkan telur tetas tersebut juga harus dijaga kualitas pakan dan pemberian vitamin yang cukup dan mereka disatukan dengan pejantan unggul yang telah diseleksi dengan ketat dan hanya yang berpostus baik serta jumlah yang sesuai dengan perbandingan induk betina yang ada, sangat disarankan agar mendapatkan telur telur fertile (dibuahi sempurna) dengan rasio yang tinggi.
Hal ini penting agar tidak menjadi sia sia bahwa setelah beberapa saat (katakan 5 hari) setelah dimasukkan ke dalam incubator ternyata banyak yang kosong (tidak dibuahi), maka hal ini akan menjadi kerugian dan buang waktu percuma.
Besar telur dan jumlah telur hasil persilangan / perkawinan tersebut haruslah mempunyai bentuk dan ukuran serta jumlah yang hampir sama agar didapatkan DOC (anak ayam) yang berukuran sama, sehat dan kuat.
Disamping itu, juga disarankan untuk memisahkan atau “membuang” anak ayam yang cacat, kecil atau kelihatan lemah dari sejak awal mereka menetas agar tetap dapat dipertahankan kualitas anak anak ayam yang dipelihara.
Pemilihan ini memeng memerlukan sedikit ketrampilan dan latihan untuk menentukan dan men seleksi anak ayam yang memenuhi criteria yang diharapkan. Sehingga di kemudian hari, bila mereka akan dijadikan induk, mereka dapat dikatakan bagus dan telah lewat seleksi sejak dini.
Seorang peternak yang cakap haruslah tidak memiliki ayam ayam dengan kriteria dibawah ini :
  1. Paruh yang bengkok
  2. Sayap yang terlipat, miring, turun
  3. Kebutaan pada salah satu matanya
  4. Kaki yang bengkok atau kecil dan jari jari kaki yang melengkung
  5. Atau cacat lainnya yang menyebabkan kesulitan dalam makan, minum atau kawin
Sedangkan syarat yang harus dipenuhi adalah :
  1. Ayam jantan harus agresif
  2. Tegap dan ber perawakan tinggi
  3. Suara yang nyaring, kaki dan jari jari yang lurus sempurna
  4. Sedangkan untuk  betinanya harus bertelur banyak, bentuk telurnya bagus dan sehat
Selanjutnya untuk di kawinkan maka ada 4 cara yang bisa dipakai yaitu (1) kawin masal  (2) kawin dalam kandang kandang kawin  (3) kawin yang di pacokkan dan  (4) inseminasi buatan.
GloryFarm dalam mendapatkan telur tetas yang unggul menggunakan 2 cara pertama yaitu kawin masal dan kawin dalam kandang kandang kawin. Hal ini dilakukan karena lebih mudah dalam pengaturannya dan lebih sedikit campur tangan manusia dan lebih alami. Cara lain seperti inseminasi buatan memerlukan keahlian dan pengetahuan yang lebih untuk melakukannya.
(1) Kawin “Masal” berarti mengawinkan beberapa ayam betina dengan beberapa jantan dalam satu kandang yang cukup luas. Cara ini efektif dipergunakan untuk mendapatkan telur tetas dengan tingkat fertilitas yang tinggi. Sebagai perbandingan, 1 ayam pejantan untuk 6 betina sehingga bila dalam 1 kandang  ditempatkan 4 ayam jantan maka betinanya dapat diberikan sebanyak 24 ekor.
Dalam beberapa buku, memang dikatakan ayam arab adalah dari jenis yang jago kawin sehingga disebutkan 1 ekor jantan sanggup mengawini 8 – 10 ekor betina. Dalam hal ini, kami tetap memakai perbandingan yang “aman” dengan tingkat fertilitas tinggi sehingga diberikan hanya 6 ekor betina untuk 1 ekor ayam jantan dengan hasil baik.
(2) Kawin dalam kandang kawinan berarti memberikan hanya 1 ekor ayam jantan dan beberapa ekor betina untuk setiap kandangnya. Biasanya 1 ekor jantan dan 5 ekor betina. Hal ini dimaksudkan agar lebih mudah mengawasi tingkat fertilitas atau kemampuan kawin seekor pejantan. Tujuan lainnya adalah untuk mendapatkan suatu persilangan yang direncanakan untuk kepentingan pengembangan atau seleksi khusus.
(3) Kawin yang dipacokkan berarti ayam jantan diletakkan dalam satu kandang khusus, selanjutnya betina yang akan di kawinkan dimasukkan dalam kandang pejantan. Bila pejantan telah mengawini maka sang betina dikeluarkan kembali. Hal ini juga kami lakukan terhadap ayam Bangkok sebab bila dipakai cara ke (2) diatas maka telur yang dihasilkan selalu di makan kembali oleh ayam-ayam tersebut. Sehingga, bila betina Bangkok telah dikawin oleh pejantannya, maka betina tersebut dikembalikan ke kandang batere agar bila bertelur akan aman dari dimakan kembali oleh mereka.
(4) Inseminasi Buatan adalah cara yang biasa dipakai untuk mengawinkan ayam ayam dengan beda umur yang cukup jauh, atau untuk mendapatkan persilangan tertentu karena dalam keadaan normal mereka tidak saling / susah untuk kawin seperti misalkan mengawinkan ayam kate dengan ayam Bangkok. Metode ini tidak atau jarang digunakan karena tidak praktis dan memerlukan peralatan dan keahlian serta pengetahuan khusus.
Di dalam mendapatkan telor tetas, seorang peternak ayam harus juga melengkapi kandang kandang nya dengan sangkar untuk bertelur atau setidaknya bila menggunakan kandang postal maka kandang tersebut harus selalu menggunakan sekam yang cukup ketebalannya dan kebersihannya. Hal ini dimaksudkan agar telur tetas yang dihasilkan akan terjaga kebersihannya dari tanah, kotoran ayam atau malah bibit penyakit menular lainnya. Hal ini kembali kami tekankan untuk selalu menjaga sanitasi kandang yang baik, program vaksinasi dan penyemprotan dengan bahan pembasmi kuman dan bibit penyakit untuk menekan tingkat penyakit yang mungkin ada dan terbawa di kulit telur tetas.
Pemberian vitamin dalam air minum yang bersih dan diganti setidaknya 2 kali sehari, makanan dengan komposisi yang seimbang dalam nutrisi dan jumlahnya juga membantu dalam mendapatkan telur tetas yang ber kualitas.

Pemilihan dan Perawatan Telur

Dalam mengumpulkan telur tetas biasanya peternak mengambilnya sekali setiap hari. Tetapi dalam kasus telur telur tersebut akan ditetaskan untuk menghasilkan anak ayam yang ber kualitas, maka pengambilan telur dapat dilakukan lebih sering. Memang disarankan untuk mengambilnya antara 4 sampai 5 kali sehari. Tapi kami melakukan mengumpulan telur sebanyak 3 kali dalam sehari dan ini kami rasa cukup. Mengingat bila terlalu sering masuk keluar kandang juga dapat menyebabkan ayam ayam tersebut menjadi terganggu / stress.
Pengambilan telur juga dimaksudkan agar telur telur yang didapat lebih bersih dari kotoran ayam dan juga tentunya bibit penyakit yang ada di kandang. Telur telur yang agak kotor sebaiknya di bersihkan dengan lap / kain halus sebisa mungkin tetapi tidak menggunakan air. Bila menggunakan air sekalipun maka disarankan untuk menggunakan sedikit air hangat bersih dan tidak dengan menekan kulit telur. Tetapi hal ini tetap dikawatirkan akan merusak selaput pertahanan alami kulit telur dari bibit penyakit. Karena kuman, bakteri, virus atau bibit penyakit yang mempunyai ukuran sangat kecil itu dapat menembus lapisan berpori pada dinding kulit telur.
Juga tidak disarankan untuk mencampur telur yang kotor tadi dengan telur telur yang bersih agar tidak ada perpindahan bibit penyakit. Terutama bila akan dimasukkan dalam incubator yang sama. Karena kekawatiran yang sama seperti diatas.
Tetaskan telur telur dengan ukuran yang seukuran. Telur telur yang mempunyai ukuran raksasa atau lebih besar dari lainnya atau malah terlalu kecil sebaiknya tidak ikut ditetaskan. Juga tidak di sarankan untuk menetaskan telur telur yang cacat atau abnormal seperti, telur yang mempunyai permukaan kasar sekali, tipis kulitnya, aneh bentuknya atau bentuk bentuk abnormal lainnya. Biasanya telur telur seperti ini tidak akan menetas pada akhirnya atau kalaupun menetas biasanya anak ayam yang ada akan lemah.
Singkirkan juga telur telur yang retak karena kalaupun telur tersebut fertile maka dalam perkembangan nya telur tersebut dapat “meledak” atau bocor dan mengotori telur telur lainnya. Juga karena retakan yang ada maka penguapan yang terjadi tidak berjalan semestinya dan pada akhirnya juga embrio yang ada di dalamnya akan mati. Demikian juga dengan telur telur yang ada udara di dalamnya haruslah juga tidak ikut di tetaskan dalam mesin incubator.

Fumigasi

Sanitasi atau pembersihan terhadap telur dan peralatan penetasan dapat menggunakan sistim fumigasi. Fumigasi dngan tingkat yang rendah tidak akan membunuh bakteri dan bibit penyakit tetapi fumigasi yang terlalu tinggi dapat mebunuh embrio didalam telur. Maka amatlah di haruskan untuk memakai ukuran yang tepat terhadap bahan kimia yang akan digunakan dalam melakukan fumigasi.
 Dalam melakukan fumigasi, sebuah ruangan yang cukup atau lemari yang besar diperlukan untuk menampung semua telur telur yang akan di tetaskan dan ruangan atau tempat tersebut juga dilengkapi dengan kipas angin untuk sirkulasi udara didalamnya.
Susun telur telur yang ada didalam ruangan atau lemari dengan rak rak dari bahan berlubang lubang (seperti kawat nyamuk atau kasa) sehingga udara dapat bergerak bebas diantaranya. Bahan kimia yang biasa dipakai untuk fumigasi adalah gas Formaldehyde yang di hasilkan dari campuran 0.6 gram  potassium permanganate (KmnO4) dengan  1.2 cc formalin (37.5 percent formaldehyde) untuk setiap kaki kubik ruangan yang dipakai. Buat campuran bahan bahan tersebut pada tempat terpisah sebanyak setidaknya 10 kali dari volume total ruangan atau lemari.
Sirkulasikan gas tersebut di dalam ruangan atau lemari selama 20 menit dan kemudian keluarkan / buang gas nya. Suhu yang diperlukan selama fumigasi adalah diatas 70oF. Selanjutnya biarkan telur telur tersebut di udara terbuka selama beberapa jam sebelum menempatkannya di dalam mesin incubator.

Penyimpanan Telur Tetas

Hal yang terbaik untuk memperlakukan telur tetas adalah langsung memasukkannya kedalam incubator. Tetapi tentunya cara ini tidaklah mudah dan praktis untuk dilakukan.  Hal yang masih baik dilakukan adalah mengumpulkan telur dan menyimpannya untuk hanya beberapa hari saja dan disimpan pada keadaan yang sejuk dan lembab. Keadaan yang sempurna adalah 60oF dan kelembaban udara 75 %. Tetapi tidak dalam lemari es atau tempat lain yang mempunyai suhu dibawah 40oF karena akan menurunkan daya tetasnya dan biasanya dalam lemari es kelembaban udaranya adalah dibawah 50%. Dikatakan perlu suhu yang cukup rendah tadi disebabkan karena  suhu yang rendah memperlambat perkembangan embrio sampai telur telur siap untuk dimasukkan kedalam ruang incubator, sedangkan kelembaban yang tinggi akan mengurangi kelembaban didalam telur karena penguapan. Untuk akurasi pengukuran maka diperlukan peralatan Termometer (untuk suhu) dan Hygrometer (untuk kelembaban udara).


Temperatur (Wet Bulb) untuk penyimpanan
 
Temperature, oF.
Rel. Humidity
55
60
65
70
55%
47.2
51.4
55.5
60.0
60%
48.1
52.4
56.7
61.2
65%
49.0
53.4
57.8
62.3
70%
50.0
54.5
59.0
63.5
75%
50.9
55.4
60.0
64.6
80%
51.7
56.4
61.0
65.8
Department of Animal Science, the University of Minnesota Extension Service


Setelah telur telur dirasa cukup untuk jumlahnya sesuai kemampuan incubator atau keinginan kita maka telur harus segera dimasukkan kedalam incubator. Kemampuan daya tetas telur fertile masih baik jika penyimpanan sekitar 7 hari dan maksimum 10 hari. Selebihnya maka daya tetas telur akan menurun dan setelah 3 minggu maka telur tidak ada yang bisa menetas atau daya tetasnya 0%.
Syarat lain yang harus dilakukan selain kondisi suhu dan kelembaban pada saat penyimpanan sementara sebelum dimasukkan kedalam incubator adalah telur telur tersebut setelah 3 atau 4 hari disimpan harus diputar pagi dan sore seperti gambar dibawah. Hal ini penting untuk mencegah kuning telur didalam telur tersebut tidak sampai menyentuh kulit telur dan merusak embrionya. Peletakannyapun sebaiknya dalam tray telor (biasanya isi 30 setiap tray) yang dapat dibeli mudah di poultry shop dengan harga sekitar  3.000 perbuahnya, dengan ujung telur yang lebih tajam dibagian bawah kemudian dimiringkan sekitar 30 sampai 40 derajat. Selanjutnya rubah kedudukan telur tersebut pada pagi dan sore hari dengan kemiringan yang berubah ubah untuk tiap waktunya.
Telur telur tersebut selanjutnya secara perlahan lahan harus dihangatkan dahulu sebelum dimasukkan kedalam incubator. Perubahan temperatur yang draktis atau mendadak akan menyebabkan terjadi pengembunan secara cepat didalam telur dan hal ini akan berakibat buruk untuk daya tetas atau kerusakan struktur kulit telurnya.

Incubator

Pada halaman web yang terpisah, kita ketahui dan telah diterangkan bahwa banyak tipe incubator dengan kemampuannya menetaskan telur mulai dari beberapa butir telur sampai dengan puluhan ribu bahkan ratusan ribu butir telur untuk sekali penetasan. Secara garis besar incubator hanya dikelompokkan menjadi 2 tipe dasar yaitu tipe forced air (dengan sirkulasi udara) dan still air (tanpa sirkulasi udara).
Di Indonesia (Jakarta), kami hanya menemukan tipe still air yang banyak dijual di dengan kapasitas mulai dengan 40, 100, 200 butir telur, walau pada prakteknya yang berkemampuan 100 butir hanya bisa dipakai untuk menetaskan 70 butir agar ada cukup ruang, tidak terlalu padat dan baik daya tetasnya.  Jenis ini membutuhkan banyak penanganan dalam pemutaran telur yang biasanya dilakukan sedikitnya 3 kali sehari secara satu persatu dan dengan cara membuka tutup incubatornya. Suhu penetasannya selalu dibuat 2o sampai 3oF lebih tinggi dari type forced air atau sekitar 102o   sampai 103oF. Hal ini karena panas untuk penetasan dirambatkan melalui udara dari bohlam lampu diatasnya.
Kami juga pernah menghubungi sebuah badan usaha di Jogjakarta yang khusus membuat incubator type forced air dan full otomatik dengan daya tampung telur minimum 7.000 telur tetas. Incubator ini menggunakan system komputer yang terprogram untuk pengaturan suhu dan kelembaban udara. Sedangkan telur tetas di dalamnya di letakkan dalam tray tray didalamnya untuk pemutaran telur secara otomatis berdasarkan program dan perubahan sudut secara periodic 24 jam penuh.
Selain itu sampai saat ini belum ada yang menjual mesin tetas dengan daya tampung 500, 1.000 atau 2.000 butir telur tetas yang dijual di pasaran. Hal ini mungkin berhubungan dengan faktor ekonomis dan kebutuhan pasar.
Kami membuat sendiri incubator sesuai kebutuhan kami yaitu type forced air dengan kapasitas 500 butir, sirkulasi udara panasnya menggunakan motor fan dan pemanan yang bersumber dari bohlam lampu yang diletakkan di ruang bagian belakang incubator. Untuk telur tetas kami juga menggunakan system tray bertingkat tingkat dan semi otomatik, karena pemutarannya tidak dengan motor yang terprogram tetapi dengan tuas yang ditarik dan ditekan untuk membuat perputaran telur telur di tray secara bersamaan untuk semua tray dan kami lakukan perputarannya 5 kali sehari yaitu jam 6, 10, 14, 18 dan 22.  Demikian seterusnya dengan mengandalkan tenaga orang tetapi tanpa membalik telur secara manual dan membuka buka incubator. Jauh lebih praktis tentunya.
Ada 2 buah incubator yang kami pakai, Incubator yang pertama kami gunakan sebagai incubator pengeram karena untuk keperluan kami, kami menggunakan incubator ini secara berkala dengan selalu memasukkan telur tetas setiap 3 hari dengan posisi tray yang bergantian pada 4 tray vertical yang ada di dalamnya. 1 try dalam incubator ini dapat memuat 150 butir telur.
Bila usia telur tetas dalam proses “pengeraman” tadi telah mencapai usia 18 hari, maka kami memindahkannya dan menggunakan incubator yang kedua sebagai “penetas”. Selama 3 hari berikutnya sampai menetasnya telur telur tadi dan membiarkan anak ayam (DOC) tersebut sedikitnya 12 jam dan selamanya 24 dalam mesin penetas ini untuk kemudian dipindahkan ke kandang box. Biasanya 1 tray dengan 150 butir telur tersebut memerlukan 2 tray bertingkat untuk penetasan dalam incubator “penetas” (hatching). Hal ini dimaksudkan agar tersedia cukup ruang untuk DOC dan mempercepat proses pengeringan DOC yang menetas.

Prosedur Penetasan

Semua Incubator  yang digunakan harus diletakkan dalam satu ruang khusus yang terlindungi dari perubahan suhu dan kelembaban udara secara draktis. Lagipula hal ini dimaksudkan untuk pengontrolan yang lebih baik terhadap suhu dan kelembaban udara bila diletakkan dalam ruangan dan ruangan tersebut dilengkapi dengan ventilasi udara.
Kebersihan di dalam ruangan, mesin incubator baik luar dan dalamnya termasuk sanitasinya harus diperhatikan dengan seksama. Mesin incubator harus dicoba dahulu setidaknya 1 – 2 jam dan di kontrol suhu dan kelembabannya sebelum digunakan. Hal ini untuk melihat apakan semua system telah berjalan 

Temperatur
Standart untuk suhu dalam incubator “penetasan” tipe forced air adalah 100oF. untuk jenis forced-air incubators dan 102oF. untuk type still-air incubators. Suhu pada incubator penetas (hatching) di set 1o F lebih rendah dibandingkan dengan incubator “pengeram” selama 3 hari sebelum penetasan. 



Keterangan
Ayam
Periode Incubator (Hari)
21
Temperatur (oF)
100
Humidity
65-70
Tidak ada pemutaran telur
Hari ke 18th
Buka Vents tambah ¼
hari ke 10th
Buka Vents (jika diperlukan)
hari ke 18th


Sedangkan untuk tipe still air, posisi termometer adalah sejajar atau rata dengan tinggi bagian atas telur atau sekitar 5 cm dari dasar telur. Termometer haruslah tidak diletakkan diatas telur atau diluar bidang penetasan tetapi bersebelahan dengannya. Selain itu, mesin incubator juga harus tertutup rapat untuk menghindari hilang panas atau kelembaban udaranya.
Fluktuasi temperatur sebanyak 1 derajat atau kurang tidak menjadi masalah tetapi pengontrolan Temperature secara berkala amat diperlukan untuk menjaga agar suhu tidak ketinggian atau kerendahan dari standart tersebut. Sebagai catatan : suhu sekitar 105oF. untuk 30 menit dapat mematikan embrio didalam telur sedangkan suhu penetasan pada 90oF untuk 3 sampai 4 jam akan memperlambat perkembangan embrio didalam telur.

Kelembaban Udara (Humidity)
Pengontrolan kelembaban udara harus dilakukan dengan hati hati. Hal ini diperlukan untuk menjaga hilangnya air dari dalam telur secara berlebihan. Pengukuran dapat dilakukan dengan hygrometer atau psychrometer. Psychrometer atau termometer bola basah (wet bulb) menunjukkan derajat kelembaban udara dan dapat dibaca berdasarkan tabel dibawah ini:


Pembacaan temperatur system bola basah (wet Bulb ) untuk incubator
 
Temperatur, oF.
Rel. Humidity
99
100
101
102
45%
80.5
81.3
82.2
83.0
50%
82.5
83.3
84.2
85.0
55%
84.5
85.3
86.2
87.0
60%
86.5
87.3
88.2
89.0
65%
88.0
89.0
90.0
91.0
70%
89.7
90.7
91.7
92.7


Kelembaban relatif (relatif humidity) untuk mesin incubator “penetas” atau periode 18 hari pertama harus dijaga pada 50 – 55 % atau 83.3 oF – 85.3 oF dengan wet bulb. Dan 3 hari setelahnya (21 hari dikurangi  3 hari) atau pada hari ke 19 – 21 sebelum penetasan, kelembaban udara harus dinaikkan menjadi 60 oF - 65 oF atau 87.3 oF - 89 oF.
Pada saat 3 hari menjelang penetasan dapat dikatakan kita harus lepas tangan “hand-off” karena pada saat ini tidak diperlukan campur tangan manusia sama sekali selain menunggu proses penetasan berjalan sampai selesai dengan sendirinya. Incubator tidak boleh dibuka karena dapat menyebabkan kehilangan kelembaban udara yang amat diperlukan dalam penetasan. Kehilangan kelembaban dapat mencegah keringnya membran pada kulit telur pada saat penetasan (hatching).
Kelembaban yang rendah menyebkan anak ayam sulit memecah kulit telur karena lapisannya menjadi keras dan berakibat anak ayam melekat / lengket di selaput bagian dalam telur dan mati. Akan tetapi kelembaban yang terlalu tinggi dapat menyebabkan anak ayam didalam telur juga sulit untuk memecah kulit telur atau kalaupun kulit telur dapat dipecahkan maka anak ayam tetap berada didalam telur dan dapat mati tenggelam dalam cairan dalam telur itu sendiri.
Pada incubator penetas “hatching”, kelembaban udara bisa diatur dengan memberikan nampan berisi air dan bila perlu ditambahkan busa / sponse untuk meningkatkan kelembaban udara. Sedangkan pada tipe still-air maka menaikkan kelembaban  dengan cara menambah nampan air dibawah tempat penetasan atau pada prinsipnya, menaikkan kelembaban dapat dicapai dengan menambah penampang permukaan airnya.
Adapun cara yang sempurna untuk menentukan kelembaban udara adalah dengan memperhatikan ukuran kantong udara didalam telur bagian atas atau bagian tumpulnya seperti gambar dibawah ini dengan menggunakan teropong telur. Kelembaban dapat diatur setelah peneropongan telur pada hari ke 7, 14, dan 18 pada masa penetasan.
Ventilasi
Ventilasi yang cukup adalah penting untuk diperhatikan mengingat didalam telur ada embrio yang juga bernafas dalam perkembangannya dan memerlukan O2 dan membuang CO2. Dalam operasi mesin penetas, lebar lubang bukaan ventilasi harus diatur agar cukup ada sirkulasi udara dan dengan memperhatikan penurunan tingkat kelembaban udaranya.
Pada incubator tipe still-air, buatan Cemani maka bukaan ventilasi ada di bagian atasnya yang dapat diatur untuk mengeluarkan udara bersamaan degan pergerakan udara panas yang ada didalamnya sedangkan sirkulasi udara masuk sudah cukup dari lubang lubang yang ada dibagian bawah dan samping incubator tersebut.
Pada incubator jenis forced-air incubator, jika terjadi lampu mati atau PLN off maka ventilasi harus dibuka lebih lebar dan bila perlu sesekali di buka pintunya agar terjadi pertukaran udara segar dan tetap diusahakan suhu ruangan berada pada kisaran 75oF atau lebih. Sedangkan pada incubator tipe  still-air ventilasi dibiarkan terbuka ¼ atau ½  (tidak berubah atau lebih ditutup) agar panas dan kelembaban tidak terlalu terpengaruh. 

Pemutaran Telur
Pada incubator tipe forced-air seperti kami miliki, telur telur diletakkan pada tray tray pada tempatnya dengan unjung tajam telur menghadap kebawah. Pemutaran dilakukan secara manual dengan menarik dan menekan tuas untuk memindahkan posisi tray didalam mesin incubator agar terjadi sudut 30 – 45 derajat untuk tiap tiap waktu yang ditetapkan secara berkesinambungan dan bergantian sudutnya.
Pemutaran telur sedikitnya adalah 3 kali sehari atau 5 kali sudah lebih dari baik untuk mencegahembrio telur melekat pada selaput membran bagian dalam telur. Oleh sebab itu jangan pernah membiarkan telur tetas tidak dibalik atau diputar posisinya dalam 1 hari pada masa penetasan telur. Pemutaran telur tersebut dilakukan dalam 18 hari pertama penetasan. Tetapi JANGAN membalik telur sama sekali pada 3 hari terakhir menjelang telur menetas. Pada saat itu telur tidak boleh diusik karena embrio dalam telur atau anak ayam yang akan menetas tersebut sedang bergerak pada posisi penetasannya.
Pada incubator tipe still-air, pemutaran dilakukan secara manual dengan ketentuan seperti diatas. Biasanya untuk mempermudah dalam mengetahui posisi terakhir telur pada saat di putar maka telur tetas diberi tanda “O” pada satu sisis dan “X”. pada sisi lainnya,. Selanjutnya putar telur menurut waktu dan tanda secara bergantian dan secara berhati hati terutama 1 minggu pertama dalam incubator.
Ada baiknya juga menuliskan tanggal pada telur menggunakan pinsil untuk menandai beberapa hal seperti: dari kandang mana, jenis ayam, kapan bertelur, kapan dimasukkan incubator. Hal ini untuk mengetahui kapan telur nantinya akan menetas dan menentukan waktu peneropongan untuk penentuan fertilitas, kantong udara dan penentuan pemindahan telur sebelum menetas (- 3 hari).
Biasanya anak ayam (DOC) akan mulai menetas pada usia penetasan ke 20 dan 21 hari pada keadaan mesin penetasan yang bekerja normal dan sesuai prosedur. Anak ayam yang menetas setelah waktu itu atau setelah hari ke 22 biasanya tidak sehat atau lemah.
Setelah menetas, anak ayam dibiarkan beberapa jam didalam mesin incubator sampai kering sempurna. Hal ini dapat dilihat dengan telah lepasnya bulu bulu halus yang menyertai anak ayam waktu menetas dan berganti dengan bulu lembut yang menutupi sempurna seluruh tubuh anak ayam tersebut.
Selanjutnya anak anak ayam tersebut dipindah ke tempat lain (missal : chickguard atau kandang box) dengan diberikan makanan dan minuman. Makanan cukup diberikan dilantai kandang atau pada nampan yang rendah dengan jenis butiran halus agar anak ayam dapat mulai belajar makan. Minuman yang diberikan dapat ditambahkan vitamin seperti amylit dan vitachick. Khusus tempat minum, sebaiknya diberikan gundu atau kerikil kerikil kecil agar anak ayam tidak sampai tenggelam didalamnya.
Sedangkan untuk mesin incubatornya dapat dimatikan dan dibersihkan dari bulu bulu halus, pecahan pecahan kulit telur atau lainnya serta disemprot dengan bahan desinfektan atau dilakukan prosedur fumigasi. Sanitasi yang baik untuk mesin incubator penting untuk menjamin kebersihan dari bibit bibit penyakit. 

Pengetesan Fertilitas Telur
Pengetesan fertilitas telur adalah suatu hal yang perlu dilakukan. Hal ini terutama diperlukan untuk menentukan jumlah telur yang fertile untuk terus ditetaskan sedangkan yang tidak fertile atau tidak bertunas harus disingkirkan karena tidak berguna dalam proses penetasan dan bahkan Cuma buang buang tenaga dan tempat saja. Padahal tempat yang ada dapat dimanfaatkan untuk telur telur fertile yang lain atau yang baru akan ditetaskan.
Tes fertilitas semacam ini tidak akan mempengaruhi perkembangan embrio telur, malah sebaliknya kita akan tahu seberapa normal perkembangan embrio didalam telur tersebut telah berkembang atau bertunas. Tatapi tetap sebagai hal yang terpenting dalam proses ini adalah mengetahui seberapa banyak telur yang fertile dan dapat menentukan langkah langkah yang diperlukan untuk telur yang tidak fertile terutama jika telur telur tersebut diberikan coretan / tulisan mengenai asal telur dan tanggal di telurkan oleh sang ayam maupun informasi asal kandangnya.
candling eggs
Ada beberapa istilah untuk alat melihat fertilitas telur disebut teropong telur atau tester atau candler. Alat ini mudah dibuat dengan cara menempatkan bohlam lampu dalam sebuah kotak atau silender yang dapat terbuat dari segala macam jenis baik kayu ataupun pralon 3 inch seperti pada gambar.
Cara membuatnya adalah dengan memotong pralon 3 inch sepanjang 20 cm dan menutup kedua ujungnya dengan kayu yang dibuat melingkar mengikuti pralon dan kemudian di mur. Bagian dalam diberikan fitting lampu dan sebuah bohlam lampu yang  cukup terang (missal : 40 watt) dan satu ujung bagian atasnya pada bagian tengahnya diberikan lubang sebesar 2/5 besar diameter telur rata rata atau sekitar 2 cm.
Penggunaannya adalah dengan menyalakan bohlam lampu dan melalui lubang yang ada (pada bagian atasnya) diletakkan telur yang akan dilihat dengan cara menempelkan bagian bawah telur (bagian yang lebih tajam dari telur) ke lubang dan melihat perkembangan yang ada di dalam telur. Cara yang paling baik adalah dengan menggunakan alat ini pada ruangan yang gelap sehingga bagian dalam telur yang terkena bias cahaya lampu dapat lebih jelas terlihat.
Telur biasanya di test setelah 5 – 7 hari setelah di tempatkan dalam incubator. Telur dengan kulit yang putih seperti telur ayam kampung akan lebih mudah dilihat daripada telur negri atau yang warna kulitnya cokalat atau warna lainnya.
Pada saat test fertilitas, maka hanya telur yang ada bintik hitam dan jalur jalur darah yang halus yang akan terus di tetaskan. Tetapi singkirkan telur telur yang ada pita darahnya, tidak ada perubahan (tetap tidak ada perkembangan), ada blok kehitaman karena mati atau seperti contoh pada gambar berikut:
 Apabila karena kurang pengalaman atau karena ragu ragu seperti missal menurut pengalaman kami perkembangan embrio kadang tidak terlihat jelas di bagian pinggir telur karena perkembangannya ada di tengah telur. Keadaan ini akan tampak seakan akan telur tidak berkembang tetpi nyatanya berkembang dengan baik.
Dalam kasus tersebut maka hal yang bijaksana adalah dengan mengembalikan telur telur tersebut kedalam incubator dan test kembali pada hari ke 10 atau 14 misalnya. Jika ternyata berkembang maka telur terus di tetaskan tetapi bila tidak maka harus dibuang.

Kegagalan Penetasan

Bila karena suatu sebab telur tersebut gagal untuk menetas maka harus dicari penyebab masalahnya. Dalam kasus kasus seperti ini maka klik link berikut untuk mengetahui penyebab dan penang-gulangannya serta memperbaikinya pada kesempatan penetasan berikutnya.
Akhirnya besar harapan kami, anda dapat menetaskan telur menjadi DOC yang berkualitas unggul.


Share

0 komentar:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites